KONSEP FARMAKOLOGI SECARA UMUM
I. Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat.
Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker.
Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar.
Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi.
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia
yang merugikan bagi organisme hidup.
II. Konsep Dasar Farmakodinamika
Farmakodinamika mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau memelajari pengeruh obat terhadap fisiologi tubuh.
1. Mekanisme Obat
Efek obat terjadi karena interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dalam tubuh. Obat bekerja melalui mekanisme sbb:
a. Interaksi obat-reseptor
Obat+Reseptor memberikan efek farmakologi, disebut agonis. Contoh: agonis reseptor kolinergik/muskarinik a.l. carbakol, arecolin, methakolin, pilokarpin. Obat+Reseptor menghalangi obat lain memberikan efek farmakologi, disebut antagonis. Contoh: antagonis reseptor kolinergik a.l. atropine, ipatropium, skopolamin.
b. Interaksi obat-enzim
Contoh: obat penghambat enzim asetil kolin esterase (ACE) sehingga memberikan efek kolinergik a.l. neostigmin, parathion.
c. Kerja non-spesifik (tanpa ikatan dengan reseptor atau enzim)
Contoh: Na-bikarbonas (merubah pH cairan tubuh), alcohol (denaturasi protein), norit (mengikat racun atau bakteri)
2. Reseptor Obat
Reseptor dapat berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak yang merupakan bagian dari sel, ribosom, atau bagian lain. Semakin banyak obat yang menduduki reseptor, berbanding lurus dengan kadar obat dalam plasma. Reseptor yang umumnya dikenal a.l. reseptor kolinergik/muskarinik, reseptor alfa-adrenergik (alfa-1 & alfa-2), reseptor beta-adrenergik (beta-1 & beta-2).
3. Transmisi Sinyal Obat
Interaksi obat dengan reseptor mengasilkan bisa menghasilkan efek agonis, agonis parsial, antagonis kompetitif dan antagonis non-kompetitif.
4. Interaksi Obat-Reseptor
Interaksi obat-reseptor sering dianalogikan sebagai GEMBOK-KUNCI. Obat adalah Kunci, Reseptor adalah Gembok. Kecocokan obat dengan reseptor tertentu tergantung pada struktur molekulnya.
5. Kerja Obat yang Tidak Diperantarai Reseptor disebut juga Kerja Non Spesifik.
Parameter-parameter Farmakologi.
Jumat, 02 Desember 2011
Dokumentasi Dengan Metode SOAP'
Dokumentasi kebidanan
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).
Manajemen kebidananAdalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney,1997)
Prinsip dokumentasi SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
P : PerencanaanMembuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehaan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).
Manajemen kebidananAdalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney,1997)
Prinsip dokumentasi SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
- Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnese
- Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riiwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup.)
- Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
- Menggambarkan pendokumentasian hasil analaisa dan fisik klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
- Tanda gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan ( tanda KU, Fital sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang.) Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi .
- Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
- Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
- Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
- Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, nbersalin, nifas dan bayi baru lahir .Berdaasarkan hasil analisa data ynag didapat.
- Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan/kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
P : PerencanaanMembuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehaan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
MEKANISME/ALUR RUJUKAN
Pelayanan kebidanan rujukan adalah :
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari :
a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu
c. Pondok bersalin/bidan desa
d. Puskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inap
f. Rumah sakit kabupaten Klas D/C
Tujuan umum rujukan :
Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus rujukan :
a. Meningkatatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu marternal dan bayi
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
Alur rujukan kasus kegawat daruratan :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. pondok bersalin atau bidan di desa
Langkah – langkah rujukan :
1. Menentukan kegawat daruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus kunjungan rumah
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.
Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari :
a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu
c. Pondok bersalin/bidan desa
d. Puskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inap
f. Rumah sakit kabupaten Klas D/C
Tujuan umum rujukan :
Untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus rujukan :
a. Meningkatatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu marternal dan bayi
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.
Alur rujukan kasus kegawat daruratan :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. pondok bersalin atau bidan di desa
Langkah – langkah rujukan :
1. Menentukan kegawat daruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus kunjungan rumah
TINGKAT RUJUKAN
Definisi fungsional rumah sakit pada tingkat rujukan pertama
Rumah sakit pada tingkat rujukan pertama mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Bersama-sama anggota masyarakat dan organisasinya merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program yang berkaitan dengan rumah sakit dan masyarakat.
- Bertanggung jawab mengirimkan pasien kembali kesoal rujukan disertai dengan informasi yang memadai
- Menyediakan jalur rujukan specimen laboratorium dari daerah yang dapat dipercaya serta cepat mengirimkan hasil hasil tes relevan
- Bersama-sama dengan seluruh staf system kesehatan distrik mengmbangkan program-program pelatihan bagi staf dan masyarakat
- Bila memungkinkan memacu program-program pendidikan dan pelatihan di komunitas bagi siswa yang berasal dari daerah atau rumah sakit lain.
Rumah sakit rujukan pertama membagi kesempatan dan kewajiban bersama dengan masyarakat, pelayanan kesehatan lain dan pelaku sector pembangunan lain untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang effektif dan terjangkau kepada seluruh populasi serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi.
Pedoman pokok penetapan distribusi tugas tugas antara unit pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit rujukan :
Rumah sakit pada tingkat rujukan pertama mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Merupakan bagian dari system pelayanan kesehatan :
- Mempunyai keterkaitan yang effektif dengan system kesehatan distrik yang diakui sebagai bagian integral system kesehatan distrik serta system kesehatan yang lebih luas juga terlibat dalam pengumpulan informasi berskaladistrik dan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program pelayanan kesehatan termasuk peninjauan kembali anggaran dan pemantauan program-program menggunakan system informasi manajemen dan program program jaminan mutu
- Mendukung pelayanan kesehatan primer
- Mempunyai hubungan yang effektif dengan masyarakat
- Bersama-sama anggota masyarakat dan organisasinya merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program yang berkaitan dengan rumah sakit dan masyarakat.
- Memiliki fungsi rujukan yaitu
- Bertanggung jawab mengirimkan pasien kembali kesoal rujukan disertai dengan informasi yang memadai
- Menyediakan jalur rujukan specimen laboratorium dari daerah yang dapat dipercaya serta cepat mengirimkan hasil hasil tes relevan
- Memiliki fungsi pelatihan
- Bersama-sama dengan seluruh staf system kesehatan distrik mengmbangkan program-program pelatihan bagi staf dan masyarakat
- Bila memungkinkan memacu program-program pendidikan dan pelatihan di komunitas bagi siswa yang berasal dari daerah atau rumah sakit lain.
- Mempunyai hubungan dengan sector pembangunan lain dengan ikut serta mengkaitkan pembangunan kesehatan dengan pembangunan lainnya bersama-sama dengan staf kesehatan distrik dan masyarakat.
- Merupakan sumber pemecahan masalah. Bahwa rumah sakit mempunyai kesempatan dan kebutuhan yang serupa dengan masyarakat dan seluruh jajaran staf system kesehatan distrik dalam menghadapi masalah-masalah yang menunjang kesehatan penduduk dan effektifitas pelayanan kesehatan
Rumah sakit rujukan pertama membagi kesempatan dan kewajiban bersama dengan masyarakat, pelayanan kesehatan lain dan pelaku sector pembangunan lain untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang effektif dan terjangkau kepada seluruh populasi serta melibatkan masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi.
Pedoman pokok penetapan distribusi tugas tugas antara unit pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit rujukan :
- Segala sesuatu yang tidak dapat dikerjakan dirumah atau di pusat kesehatan masyarakat harus ditangani di rumah sakit demikian pula sebaliknya. Tidak boleh terjadi kesenjangan dalam system kesehatan.
- Hindari tumpang tindih dan kompetisi guna mencegah pemborosan yang dapat menurunkan efisiensi puskesmas dan Rumah sakit.
- Puskesmas merupakan tempatpenegakan diagnosis pertama, oleh karena itu tanggung jawab dalam memberikan kelanjutan perawatan secara komfrehensif dan terpadu terletak pada Puskesmas.
- Setiap aspek pelayanan kesehatan juga melibatkan faktor psikologisdan hubungan antar manusia. Sebagai patokan, semakin menonjol komponen elemen elemen tersebut semakin tepat fungsi Puskesmas sebagai tempat pelayanan
JENIS RUJUKAN
Definisi
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
b. Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1). Rujukan Medik:
a) Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
b) Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
C. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
a) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular
b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam
e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
f) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
c. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
1). Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna
2). Khusus:
a) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
b). Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
. Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:
1). Intern antar petugas Puskesmas
2). Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
3). Antara masyarakat dengan Puskesmas
4). Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
5). Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya
D. Upaya kesehatan Rujukan
1. Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:
a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat
b. Mengadakan ”Pusat Rujukan Antara” dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
b. Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1). Rujukan Medik:
a) Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
b) Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
C. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
a) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular
b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam
e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
f) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
c. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
1). Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna
2). Khusus:
a) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
b). Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
. Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:
1). Intern antar petugas Puskesmas
2). Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
3). Antara masyarakat dengan Puskesmas
4). Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
5). Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya
D. Upaya kesehatan Rujukan
1. Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:
a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat
b. Mengadakan ”Pusat Rujukan Antara” dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan
SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan adalah :
Suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik secara vertical (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun secara horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah).
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal.
Suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik secara vertical (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun secara horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah).
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal.
- Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
- Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan.
- Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
- Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
imunisasi ulang
imunisasi ulang untuk campak dan polio merupakan program nasional. Pemerintah pusat memutuskan ada imunisasi ulang karena munculnya kasus campak dan polio di beberapa daerah di Indonesia.
Mengingat pentingnya imunisasi ulang,pastikan anak usia nol sampai lima tahun mendapat imunisasi ulang campak dan polio.
Mengingat pentingnya imunisasi ulang,pastikan anak usia nol sampai lima tahun mendapat imunisasi ulang campak dan polio.
Imunisasi Tambahan Agar Yakin Kebal
Imunisasi campak bisa dimulai sejak usia 9 bulan sampai 59 bulan untuk semua bayi dan balita. Walaupun sudah mendapat imunisasi campak sebaiknya imunisasi ditambah lagi supaya kekebalan tubuh anak makin kuat dan tidak diserang penyakit berbahaya itu. ”Penyakit campak itu seolah-olah tak bahaya, yang kebanyakan tahu hanya merah-merah bintik diluar kulit. Padahal di dalamnya virus campak bisa menyerang paru-paru, infeksi berat dan sebabkan kematian. Kalau serang otak bisa sebabkan kecacatan,” terang dr. Sujatmiko soal bahaya Campak.
Sementara imunisasi tambahan polio berlaku mulai umur nol sampai 59 bulan. Sekali lagi kata dia, walaupun anak sudah pernah mendapatkanya tetap boleh menambah imunisasi untuk menyakinkan kekebalan anak lebih kuat. Tujuan imunisasi ini agar anak-anak kuat dan mampu lawan penyakit.
Kekebalan dan kekuatan tubuh anak melawan kedua penyakit ini penting karena mudah menular. Kepala Sub Direktorat Imunisasi Dirjen Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL dr. Theresia Sandra menjelaskan campak penularannya melalui droplet atau cairan yang keluar dari hidung dan mulut. ”Misal anak ingusan lalu dilap ibunya yang lalu pegang anak lain, anak itu bisa tertular,” terang dr. Sandra. Sedangkan virus polio menular lewat kotoran manusia. ”Kemudian lewat air, tidak cuci tangan bersih atau air tak dimasak dengan baik, seperti KLB di Sukabumi, Keluarga disana BAB di sungai sehingga sungai tercemar dan hingga polio menyebar ke beberapa daerah,” tambah dr. Sandra. Karena itu ia kembali mengingatkan pentinya imunisasi. Imunisasi adalah yang utama dan bisa mencegah penularan kedua penyakit ini. Lainya tentu hidup bersih dan sehat. ”Tapi imunisasi menjadi utama karena aktif melindungi manusia,” kata dia.
Respon Atas Program Imunisasi Campak
Program imunisasi campak dan polio yang digelar pemerintah cukup mendapatrespon baik. Namum masih saja ada orang tua yang lupa atau tidak tahu tentang program ini. Lainya tak hadir imunisasi karena kuatir akan efek panas pada anak pasca imunisasi. Padahal menurut anggota Satgas Imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. Sujatmiko, reaksi panas pasca imunisai adalah reaksi normal tubuh atas benda asing yang masuk yaitu vaksin. Panas menunjukkan tubuh mampu memberi respon pada benda asing itu.” Kalau panas bagaimana? ya kasih obat penurun panas,” kata dr. Sujatmiko. Sebab itu dalam program imunisasi selalu tersedia obat panas karena dr Sandra. ”Kalau panas baru diberikan,” tambah dr. Sandra.
Dr. Sujatmiko menjelaskan respon berupa panas bisa datang pada hari kedua atau ketiga pasca imunisasi. Ada yang panas tinggi, ada yang rendah. Tergantung respon individu. ”Seperti makan cabe, ada yang makan cabe 1 kepedasan, ada yang makan lima cabe tidak kepedasan, individual sekali,” ujar dr. Sujatmiko. Panas itu biasanya berlangsung paling lama 2-3 hari. Tetapi manfaat imunisasi menurut dr Sujatmiko jauh lebih besar dari kekhawatiran akan panas anak itu. ”Sehingga anak itu bisa terhindar campak atau kena tapi campak ringan saja,” kata dia.
Ada juga yang kuatir imunisasi karena isu kalau anak diberi imunisasi maka virus yang dilemahkan dalam vaksin akan menyerang otak dan sebagainya. Padahal tidak demikian. Menurut dr. Sujatmiko imunisasi dilakukan seluruh dunia bukan hanya di Indonesia. Sampai negara maju dan bersih lingkunganya tetap melakukan imunisasi. ”Bahkan jumlah vaksinnya lebih banyak dari Indonesia. Ini artinya vaksin itu penting,” ujarnya.
Orang tua yang ingin memvaksin anaknya tak perlu banyak persiapan. ”Sedang pilek sedikit, tadi mencret sedikit pagi tadi, gak apa-apa imunisasi, jangan kuatir,” kata dr. Sujatmiko menjawab kekhawatiran umum soal persiapan imunisasi. Memang kalau panasnya tinggi kata dia, obati dulu panasnya. Kalau panas turun, besok bisa imunisasi. ”Masih ada waktu 8 hari lagi untuk dapat imunisasi,” tambah dr Sandra.
Gejala dan Akibat Campak dan Polio
Dr Sandra mengatakan campak gejala utamanya adalah demam. Setelah itu muncul bintik merah sekitar tubuhnya. ”Tapi kalau dokter bisa lihat ada bercak koplik dekat mulut. Itu biasanya tanda awal untuk campak, setelah dua hari biasanya hilang,” terang dr Sandra. Yang sering jadi masalah adalah pada anak yang campak yang diperhatikan orang tua hanya hanya bintik merah pada kulit saja. ”Orang jawa gabaken itu biasa, tapi yang jadi masalah kalau seluruh tubuhnya dan kebetulan keadaan anak tubuhnya tak sehat biasanya ada infeksi sekunder yang berdampak lebih berat,” kata dia. Infeksi sekunder itu bisa mengenai organ dalam anak.
Polio juga ditandai demam. Demam tinggi yang diikuti kelumpuhan mendadak. ”Lumpuh layu, biasa kita sebut, kaki, tangan,” kata dr Sandra. Kadang yang memberatkan kelumpuhan pada otot pernafasan yang berujung kematian.
Tindakan yang harus dilakukan bila terserang kedua penyakit ini, seperti pada penyakit lain adalah menurunkan panas anak lebih dulu. Beri penurun panas, kenakan baju tipis bukan diselimuti tebal dan beri minum anak sesering mungkin namun sedikit demi sedikit. ”Minum sedikit tapi sering, kalau kebanyakan muntah. Minum jangan air putih saja yang tak ada isinya. Bisa susu, jus, kuah sayur. Jadi disamping cairan ada nutrisi,” jelas dr Sujatmiko. Bila anak juga terkena batuk dan pilek, kedua gejala ini juag di obati dulu. Bila 2-3 hari tak ada kemajuan dan makin berat, segera datang ke petugas kesehatan terdekat. ”Sekali lagi campak kelihatan ringan tapi bisa menyebabkan kematian kalau tak diobati dengan baik. Maka dari itu perlu imunisasi campak dan imunisasi tambahan. Kalau sudah perlu tambahan lagi untuk yakinkan anak lebih kuat lagi,” tambahnya. Penanganan Polio juga begitu. Namun polio bila sudah tertular bisa menyebabkan lumpuh. Kalau campak bisa sembuh kalau diobati segera, anak akan sembuh total. Tapi kalau polio, sekali kena, cacat sumur hidup. Saat Tahun 2005 saat wabah polio muncul di Sukabumi, Banten dan sekitranya yang kemudian menyebar ke Lampung dan Madura, sekira 380-an anak lumpuh. Itu terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. ”Bayangkan kalau itu terjadi lagi, kasihan saudara-saudara kita. Yang terkena sebagian besar adalah imuniasinya belum lengkap atau belum diimunisasi,”kata dr. Sujatmiko.
Karena itu dokter Sujatmko menghimbau orang tua terutama pada 17 propinsi yang jadi sasaran program imuniasi campak polio segera membawa anaknya untuk imuniasi. Ke-17 propinsi itu adalah semua propinsi di Pulau Sulawsi, Kalimatan, Jawa kecuali DIY dan Banten, NTB dan Lampung. ”Sekali lagi bawa anak anda imunisasi meski sudah lengkap,” tutup dr Sujatmiko.
Langganan:
Postingan (Atom)